Pendanaan Awal untuk Citilink dan Garuda Indonesia
Anak perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., PT Citilink Indonesia, baru saja menerima pendanaan signifikan dalam tahap awal restrukturisasi. Pendanaan ini disalurkan oleh Danantara Indonesia melalui skema pinjaman pemegang saham, yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kondisi keuangan perusahaan.
Detail Pendanaan
Danantara Indonesia, melalui anak perusahaan operasionalnya, PT Danantara Asset Management (Persero), telah menyediakan dana awal sebesar Rp6,65 triliun untuk Garuda Indonesia. Dari total tersebut, Citilink akan mendapatkan pinjaman sekitar Rp4,82 triliun, sementara Garuda Indonesia sendiri akan menerima nilai bersih sebesar Rp1,82 triliun. Ini merupakan langkah strategis di tengah tantangan keuangan yang masih dihadapi oleh maskapai pelat merah tersebut setelah proses restrukturisasi yang dilakukan pada tahun 2022.
Tantangan Keuangan Garuda Indonesia
Dalam laporan keterbukaan informasi yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, manajemen Garuda mengungkapkan bahwa perusahaan masih berjuang untuk mengatasi sejumlah hambatan dalam upaya penyehatan keuangan. Salah satu isu yang relevan adalah status ekuitas negatif yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir. Hal ini menempatkan perusahaan dalam risiko suspensi efek, yang dapat berujung pada pembatalan pencatatan efek perseroan atau yang dikenal dengan istilah delisting.
Masalah Operasional dan Dampaknya
Selain masalah ekuitas, backlog dan penjadwalan ulang perawatan pesawat juga berkontribusi pada peningkatan kebutuhan biaya yang signifikan pada tahun 2025. Sebagian besar beban biaya ini merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya, yang berdampak langsung pada kinerja armada Garuda dan Citilink. Penurunan dalam serviceability pesawat menyebabkan penurunan pendapatan dan gangguan arus kas yang lebih lanjut.
Kondisi ini berpotensi mengganggu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban biaya operasional, termasuk biaya sewa dan bunga. Manajemen menyatakan bahwa situasi ini sangat mengkhawatirkan, karena tidak ada cukup pendapatan yang dihasilkan untuk menutupi biaya di luar operasional sehari-hari.
Harapan untuk Masa Depan
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyatakan bahwa suntikan dana dari Danantara adalah momen penting bagi perusahaan untuk memperbaiki kinerja dan mencapai target profitabilitas dalam waktu dekat. Hingga kuartal pertama tahun 2025, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$76,48 juta. Meskipun kerugian ini lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$87,03 juta, manajemen tetap optimis akan perbaikan di masa depan.
Tsani menambahkan bahwa dengan adanya dukungan dari Danantara, mereka memproyeksikan tahun 2026 akan menjadi titik balik bagi Garuda Indonesia. Dia percaya bahwa perusahaan akan mampu mencatatkan net income yang positif dan memulihkan kinerjanya.
Kesimpulan
Pendanaan yang diterima oleh Citilink dan Garuda Indonesia dari Danantara Indonesia merupakan langkah strategis yang diharapkan dapat membantu perusahaan dalam mengatasi tantangan keuangan yang ada. Dengan adanya dukungan ini, manajemen optimis bahwa mereka dapat memperbaiki kinerja dan mencapai profitabilitas dalam waktu dekat. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, langkah ini diharapkan menjadi awal dari pemulihan yang lebih baik bagi Garuda Indonesia dan anak perusahaannya.
