
Optimisme PT Madusari Murni Indah Tbk untuk Tahun 2025
PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) menunjukkan keyakinan yang tinggi dalam meningkatkan kinerjanya pada tahun 2025. Perusahaan yang bergerak di bidang produksi etanol ini menargetkan pendapatan bersih mencapai Rp 1,44 triliun. Target ini mencerminkan pertumbuhan sekitar 5% dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya.
Proyeksi Kinerja dan Faktor Pendorong
Direktur Madusari Murni Indah, Donny Winarno, menjelaskan bahwa proyeksi pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk peningkatan volume ekspor, diversifikasi pasar, serta peluang yang muncul dari produk bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Ia menyatakan, “Kami sangat optimistis, ada permintaan yang cukup besar dari sejumlah pasar ekspor. Selain itu, kami juga menunggu potensi penggunaan bioetanol di dalam negeri.”
MOLI berambisi untuk mencapai level pendapatan yang sama dengan tahun 2023, berusaha pulih setelah sebelumnya mengalami penurunan kinerja di tahun 2024. Laporan tahunan menunjukkan bahwa pendapatan bersih MOLI mengalami penurunan 4,86% secara tahunan, dari Rp 1,44 triliun di tahun 2023 menjadi Rp 1,37 triliun pada tahun 2024. Laba bersih juga mengalami penurunan signifikan, yaitu 84,49% dari Rp 83,51 miliar menjadi Rp 12,95 miliar pada tahun yang sama.
Penyebab Penurunan Kinerja
Jose G. Tan, Direktur MOLI, menjelaskan bahwa penurunan kinerja di tahun 2024 disebabkan oleh berkurangnya permintaan untuk etanol food-grade berkualitas tinggi. Hal ini berdampak pada penurunan harga etanol baik di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, kenaikan biaya bahan baku juga menjadi faktor yang memperburuk situasi. Rata-rata harga tetes tebu (molasses) di Indonesia selama musim giling gula pada semester kedua 2024 meningkat sebesar 15%, yang berdampak pada margin keuntungan bagi produsen etanol.
Harapan untuk Tahun 2025
Memasuki tahun 2025, Jose optimis bahwa MOLI dapat memperbaiki kinerjanya. Salah satu harapan tersebut adalah normalisasi harga molasses sebagai bahan baku dan perbaikan harga produk etanol. Indikasi positif terlihat dari kinerja di kuartal pertama tahun 2025, di mana pendapatan MOLI meningkat 19,56% dari Rp 306,18 miliar menjadi Rp 366,07 miliar. Laba bersih juga mengalami kenaikan 28,24%, dari Rp 5,77 miliar menjadi Rp 7,40 miliar.
“Kami terus memprioritaskan efisiensi, ekspansi segmen baru, dan penguatan pasar ekspor untuk menjaga tren positif sepanjang tahun,” tambah Jose.
Strategi Pemasaran dan Ekspansi
Donny juga menambahkan bahwa MOLI berencana untuk memperluas pemasaran produk dan memasuki segmen baru. Mereka akan fokus pada pasar niche yang membutuhkan etanol berkualitas tinggi. “Kami terbuka untuk memperluas segmen baru, baik untuk minuman maupun bahan bakar,” ungkap Donny.
Namun, Donny menyadari adanya tantangan yang dihadapi industri etanol, seperti kelebihan pasokan domestik, tarif nol untuk impor dari Pakistan, serta regulasi ekspor yang belum optimal. Oleh karena itu, MOLI memilih untuk memasuki pasar niche dengan margin yang lebih tinggi, terutama di pasar internasional. “Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat dan dukungan pemerintah terhadap bioetanol juga menjadi peluang strategis yang dapat mendukung pertumbuhan ekspor,” jelasnya.
Rencana Belanja Modal
Untuk mendukung rencana bisnis di tahun 2025, MOLI telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 80 miliar. Anggaran ini akan digunakan untuk meningkatkan fasilitas manufaktur, meningkatkan efisiensi, serta mengembangkan produk baru melalui riset dan pengembangan. “Dana capex ini akan digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk melalui upgrade fasilitas manufaktur,” terang Jose.
Dalam laporan tahunan, MOLI menganggarkan capex sekitar Rp 30 miliar untuk tahun 2024, dengan realisasi sebesar Rp 19,4 miliar. Sebagian besar dari capex tersebut digunakan untuk modifikasi dan pemulihan peralatan guna meningkatkan efisiensi. Dengan optimisme yang tinggi dan rencana yang matang, MOLI berusaha untuk meraih kesuksesan di tahun yang akan datang.